Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Al-Multazam

Penuh Sukacita, Halal Bihalal Ied Fitri 1445 H STIQ Al-Multazam Awali Hari Pasca Libur Lebaran

Senin (22/4/24) STIQ Al-Multazam gelar halal bihalal Ied Fitri 1445 H dengan penuh sukacita di hari pertama pasca libur lebaran. Agenda halal bihalal  digelar di dua tempat berbedaMasjid Jami’ Al-Multazam dan  Masjid As-Sahl yang dihadiri oleh seluruh Jajaran Struktural, Muwajih-Muwajihah Al-Qur’an, Tenaga Kependidikan (Tendik) dan para mahasiswa STIQ Al-Multazam.  

Halal bihalal bersama mahasiswi akhwat STIQ Al-Multazam dipandu oleh Usth. Nurcahyati, S.Ag selaku moderator acara dengan rangkaian agenda dimulai dari pembukaan, sambutan sambutan, taujih, kilas balik perjalanan dai ambasador luar negri, doa dan mushofahah.

Kata sambutan pertama oleh Ust. Suwarno, M.Pd. selaku Wakil ketua II Bidang Kelembagaan dan SDM, kemudian dilanjut oleh Ust. Rahmat Soleh, M.Pd. Selaku Waka III Bidang Kemahasiswaan, Humas dan Alumni.

Taujih singkat yang sarat akan makna dibawakan oleh Kepala Divisi Perguruan TinggiUst. Dudung Abdul Karim, Lc., M.Ag. dengan titik pembahasan pada refleksi selama perjalanan ramadhan yang perlu diaplikasikan sehari-hari.

Kepala Divisi Perguruan Tinggi menjelaskan bahwa Ramadhan telah  mengajarkan kedisiplinan yang aplikatif mulai dari waktu sahur, solat berjamaah hingga waktu berbuka puasa. Kesungguhan dan ketekunan dalam membaca Al-Qur’an turut serta dilaksanakan selama bulan ini. Namun sekarang, apakah kedisiplinan ibadah kita masih sama?

Lebih Lanjut, Ust. Dudung Abdul Karim, Lc., M.Ag. menambahkan bahwa kecintaan pada akhirat harus melebihi kecintaan pada dunia. Sehingga tak ayal umat muslim pada bulan ini mengorbankan hartanya untuk berinfak dan bersedekah sebanyak-banyaknya. Sehingga harapannya perlu untuk meneguhkan hati untuk bisa tetap meneruskan estafet perjalanan setelah ramadhan.

Poin selanjutnya adalah membuat sadar bagi diri pribadi bahwa dunia hanya tempat singgah semata. Mencintai dunia cukup di tangan tidak dimasukkan dalam hati. Oleh karenanya kebahagiaan bukan terletak pada harta semata. Kebahagiaan sejati itu ketika seseorang dapat berinteraksi pada Allah Swt., dengan nyaman, penuh kerendahan dan penghambaan dalam menjalankan segala ibadah. Sentuh diri  dan tanyakan bahwa siapa yang akan bertanggung jawab atas diri sendiri di akhirat kelak.

Kemudian penting untuk menjadi insan yang mengejar kehidupan haqiqi dengan ketaqwaan. Fokus pada kebahagiaan, ibadah dan ketaqwaan diri sendiri bukan orang lain. Jangan pernah iri dan membandingkan sesuatu yang dimiliki dengan kebahagian orang lain. Melangkah maju untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Rangkaian acara dilanjut dengan penyampaian kilas balik perjalanan da’i ambasador luar negeri, Ust. Misbahudin, S.H. Al-Hafidz selaku Kepala LTQ STIQ Al-Multazam yang menyampaikan dakwah selama ramadhan di Negeri Kangguru, Sydney, Australia.

Dalam sesi ini Ust. Misbahudin, S.H. Al-Hafidz menyampaikan bahwa disiplin terhadap waktu dan ta’dzim terhadap guru sangat dijunjung oleh para jama’ah yang berada di sana meski mereka memiliki tantangan yang lebih berat dalam beribadah di negara minoritas muslim ini. Masjid yang jauh dan tidak ada suara adzan tidak menyurutkan tekad mereka dalam beribadah. Kendati demikian, toleransi yang dimiliki oleh masyarakat yang heterogen sangat luar biasa.

 

Sebelum mushofahah dilaksanakan, seluruh sivitas akademika STIQ Al-Multazam memanjatkan doa yang dipimpin oleh Wakil Ketua I Bidang Akademik, Ust. Ayatullah, Lc., M.H.. Dengan dilaksanakannya agenda ini diharapkan tali ukhuwah dan silaturrahmi akan terjalin lebih lekat antar satu dan yang lainnya.

Scroll to Top